SUMUR

NAMA: ENRICO WESLEY FORD
KELAS: XI MIPA 6
ABSEN:16
MAPEL: BAHASA INDONESIA 



Identitas buku

Judul buku: Sumur
Penulis: Eka Kurniawan 
Penerbit: Gramedia pustaka utama 
Tahun terbit: 2022
Halaman: 48 halaman
ISBN: 9786020653242
Harga buku: Rp .50.000




Sinopsis 
Ini adalah kisah cinta dua sejoli, Toyib dan Siti. Sejak masih belia Toyib sudah menyimpan rasa kepada Siti. Seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, Toyib juga melakukan berbagai usaha untuk menarik hati Siti. Contohnya, seperti mengajaknya pergi dan pulang sekolah bersama. Selain itu, ia juga sempat memberikan hadiah anak ayam untuk dipelihara Siti, yang kemudian bisa disembelih saat malam Lebaran.

Keluarga Toyib dan Siti juga berhubungan dekat. Suatu ketika, kampung mereka dilanda kekeringan. Bencana yang tidak diinginkan itu mulai menjadi bagian hidup masyarakat desa. Suatu hari, akibat bencana kekeringan itu, terjadi hal yang membuat keluarga Toyib dan keluarga Siti saling menjaga jarak.

Toyib kini tidak bisa lagi leluasa bertemu Siti. Sementara, Siti juga tidak berusaha untuk menemui Toyib. Hubungan keduanya pun menjadi jauh akibat keadaan. Keluarga mereka juga tidak berani ikut campur pada kelanjutan kisah mereka.

Di kampung mereka, terdapat sebuah sumur yang berlokasi di lembah. Sumur ini menjadi satu-satunya harapan bagi warga kampung untuk memenuhi kebutuhan mereka. Walaupun harus menggali sepanjang 20 meter dan tidak mendapatkan air yang banyak, tetapi lebih baik dibandingkan tidak mendapatkan apa-apa.

Di sumur tersebut, warga desa tanpa sengaja sering bertemu saat mengambil air. Begitu juga dengan Toyib dan Siti. Pertemuan pertama mereka di sana disusul dengan beberapa kali pertemuan lagi di sana. Mereka berdua seperti menggantikan waktu yang sudah mereka lewati.



Namun, takdir seperti mempermainkan kisah cinta kedua sejoli tersebut. Saat hubungan keluarga mereka juga mulai membaik, masalah perut demi menyambung kehidupan menjadi alasan perpisahan mereka untuk yang kedua kali.

Lagi-lagi, sumur mempertemukan keduanya. Keduanya seperti saling memiliki selama berada di sumur itu. Waktu seperti berhenti di sana, memberikan kesempatan bagi cerita cinta keduanya. Ketika meninggalkan sumur, berarti cerita cinta mereka berakhir untuk hari itu. Hingga bertemu hari esok, keduanya kembali bertemu di sumur untuk menuliskan kisah cinta mereka satu hari lagi.

Walaupun keluarga dan warga kampung banyak yang mengetahui kebiasaan keduanya menghabiskan waktu di sumur, tidak ada seorang pun yang mengomentari atau memberikan peringatan tentang status keduanya. Entah mereka merasa kasihan dengan kisah cinta keduanya, atau masalah kehidupan yang sangat berat membuat mereka bersikap masa bodoh dengan lingkungan sekitar, selama tidak mengganggu kehidupan mereka.     

Kelebihan

Sebagai salah satu karya yang ditulis Eka Kurniawan, tentunya kualitas ceria Sumur ini tak perlu diragukan lagi. Kisah Sumur ini sangat sederhana, dan temanya tidak memberikan kesan yang baru. Namun, layaknya karya Eka Kurniawan yang lain, kisah ini memiliki makna yang mendalam.

Para pembaca memuji bagaimana cara Eka menyajikan pemaknaan dari air dan sumur sebagai simbol. Secara umum, air digambarkan sebagai lambang kehidupan, kemakmuran, keberkahan, dan kesuburan. Maka itu, air menjadi sumber kehidupan bagi mereka yang memanfaatkan keberadaannya.

Kemudian, sumur dimaknai sebagai tempat bertemunya beberapa mata air. Dalam cerpen ini, sumur digambarkan sebagai tempat pertemuan Toyib dan Siti setelah beberapa tahun tak bertegur sapa. Sumur di sini tak hanya menjadi latar kisah saja, tetapi juga menjadi pusat dari konflik.

Eka Kurniawan juga mengangkat konflik yang menarik. Ia menggambarkan tentang kemiskinan yang melanda daerah pedesaan, serta keadaan yang tak berujung, yang menjebak kaum miskin. Ditambah lagi oleh masalah iklim. Kisah yang sangat sederhana dan singkat ini mampu menyayat hati dan menyentuh sisi emosional pembaca.

Kemudian, tampilan visual buku ini juga dipuji. Sampul buku ini yang didesain oleh Umar Setiawan menggambarkan sebuah sumur yang berada di sebuah daerah kering dan tandus. Sumur tersebut diapit oleh dua orang, laki-laki dan perempuan. Perempuan itu terlihat membawa ember, dan laki-laki dengan tangan kosong. Mereka berdiri berseberangan sisi sumur. Sampul ini sangat cantik mampu menggambarkan keseluruhan kisah ini.

Secara keseluruhan, kisah Sumur ini memiliki daya hipnotis yang sama dengan karya-karya Eka Kurniawan lainnya. Cerita ini singkat, tetapi pembaca tidak akan mudah melupakan maknanya. Cara mengemasnya, tampilan visual, dan pemasaran buku ini sangat menarik. Membaca cerpen ini mampu memberikan pengalaman yang menarik bagi pembaca.

Kekurangan 

Selain kelebihan, buku Sumur ini juga memiliki kekurangan. Sejumlah pembaca merasa bahwa kisah ini terlalu singkat, padahal sangat berpotensi untuk sedikit diperpanjang, supaya menjadi lebih utuh dan kuat untuk menyampaikan pesan.

Pesan moral

Melalui kisah ini, kita kembali diingatkan bahwa dampak dari perubahan iklim bukan hanya memengaruhi manusia secara fisik, tetapi juga secara psikis. Perubahan iklim dapat memberikan masalah yang sangat besar pada kehidupan manusia. Maka dari itu, kita hendaknya senantiasa menjaga lingkungan sekitar kita.

Jika tidak bisa menjaga, setidaknya jangan merusaknya. Dari kisah ini juga kita dapat belajar untuk mensyukuri segala sesuatu. Termasuk hal-hal kecil seperti air. Menjadi sebuah keberuntungan bagi kita yang masih dapat menikmati air yang berlimpah. Sebab, di luar sana banyak yang mendambakan kehadiran air hanya untuk bertahan hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Iyan Bukan anak Tengah"

Gadis cupu PSIKOPAT